MENUNGGU KEBERANIAN GOLONGAN AHMADINAH

Senin, 29 Desember 2008 ·

Oleh : Ustadz Qomar Minhal

Problematika yang timbul dari keberadaan penganut ajaran Ahmadiyah di tengah kaum muslimin tetap saja akan mencuat. Seiring dengan agresivitas golongan yang pertama kali muncul di daratan India itu dalam menyebarluaskan pemahaman-pemahaman si Nabi Palsu, antek penjajah Inggris.Sebagian orang meyakini kalau Ahmadiyah hanya sekedar firqoh (golongan sempalan) dalam Islam. Sebuah golongan yang mempunyai furu (dalam masalah fikih misalnya) yang berbeda dari golongan lainnya. Tidak ada titik perbedaan selain ini. Pendapat demikian ini dipatahkan oleh Syaikh Ihsan llahi Zhahir . Dalam keterangan beliau, seorang muslim hendaknya tahu betapa besar kesalahan asumsi di atas. Pasalnya, golongan yang juga dikenal nama Qadiyaniah tidak mempunyai hubungan apapun dengan Islam. Hanya saja mereka mengenakan baju Islam untuk mengecoh kaum muslimin.2 Berikut ini 2 (dua) fakta dari kitab-kitab mereka yang menguatkan kesimpulan tersebut, baik tulisan maupun pernyataan sang Nabi Palsu atau para penerus aqidah sesatnya. Wallahul Hadi3 Seorang Muslim Adalah Orang Kafir .


Sebelum Memeluk Agama Ahmadiyah



Keterangan di atas tidak mengada-ada. Bila seorang muslim meninggal, maka tidak akan disholati oleh Ahmadiyyun, juga tidak boleh dikuburkan di pemakaman mereka. Selain itu pula, pernikahan antara seorang lelaki yang menganut agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad ^ dengan wanita penganut ajaran Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad (semoga memperoleh hukuman setimpal dari Allah ®& ) tidak boleh terjadi. Karena ia dalam pandangan 'Nabi' Ghulam Ahmad sudah kafir. Berikut ini penuturan dan pernyataannya: "Orang yang tidak beriman kepadaku, berarti ia tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". 4

Putranya yang meneruskan kedustaan sang ayah, Mahmud Ahmad menguatkan: "Seorang lelaki menemuiku di sebuah wilayah. la menanyakan mengenai berita yang telah beredar bahwa kalian mengkafirkan kaum muslimin yang tidak menganut agama Ahmadiyah. Apakah itu memang benar. Maka saya menjawab, lya. Tidak diragukan lagi. Kami memang mengkafirkan kalian". Maka lelaki tersebut merasa aneh dan kaget". 5

Anaknya yang lain, BasyTr Ahmad dengan tanpa malu-malu mengatakan: "Setiap orang yang beriman kepada Musa, tapi tidak beriman kepada Isa: , juga tidak beriman kepada Muhammad, maka dia kafir. Begitu pula orang yang tidak beriman kepada Ghulam Ahmad maka dia kafir juga, telah keluar dari Islam. Kami tidak mengatakan ini dari diri kami sendiri. Namun kami mengutip dari Kitabullah "Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.."(Qs. an-Nisa/ 4:151) (Kalimatul Fas/7/, BasyTr Ahmad bin Nabi Palsu).

Di sini bisa dilihat, bagaimana ia tak lupa mencatut dan membajak ayat al-Qur'an kepentingan golongannya yang lebih pantas disebut agama baru Ahmadiyah. Putra Ghulam pernah juga mengutip pernyataan Nuruddin, pengganti Ghulam yang pertama (Khalifah Ahmadiyah yang pertama setelah kebinasaan Nabi Palsu mereka) : "Sesungguhnya kaum muslimin selain penganut ajaran Qadiyaniah (Ahmadiyah) masuk dalam kandungan firman Allah : "Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benamya". Kemudian ia membubuhkan catatan (ta'liq) setelah perkataan di atas, bunyinya: "Bagaimana mungkin orang yang mengingkari Musa 5$&jfe menjadi kafir dan terlaknat, yang mengingkari Isa juga kafir, sementara orang yang mengingkari Ghulam Ahmad tidak kafir. Padahal perkataan kaum mukminin adalah "Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,". Sementara mereka itu membedakan sikap terhadap para rasul. Oleh karena itu, orang yang mengingkari Ghulam Ahmad pasti orang kafir dan masuk dalam firman Allah : "Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya" (Kalimatul Fashl, BasyTr Ahmad hal. 120, 174).

Dalam kitab an-Nubuwwah Fil llham, hasil karya salah satu ulama Ahmadiyah termaktub: "Sesungguhnya Allah & berkata kepadanya (Si Nabi Palsu): "Orang yang mencintai-Ku dan menaati-Ku, wajib atas dirinya mengikutimu dan beriman kepadamu. Kalau tidak, ia belum mencintai-Ku. Bahkan sebaliknya, ia adalah musuh-Ku. Apabila para pengingkar menolak ini, atau bahkan mendustakanmu dan menyakitimu, maka Kami akan membalas mereka dengan balasan yang buruk, dan Kami persiapkan bagi orang-orang kafir itu Jahannam sebagai penjara bagi mereka". Lalu penulis berkomentar mengenai ilham di atas,'bahwa Allah & telah menjelaskan di sini bahwa orang yang mengingkari Ghulam adalah orang kafir dan balasannya Jahannam". (an-Nubuwwah Wal llham, Muhammad Yusuf al-Qadiyani hal. 40).

Demikian cuplikan aqidah mereka tentang kaum muslimin melalui tulisan-tulisan sang Nabi palsu, keturunan dan tokoh agama mereka. Masih banyak aqidah buruk mereka yang lain, yang kian menegaskan kesimpulan di awal tulisan ini bahwa mereka bukan kaum muslimin lagi. Jadi, tinggal menunggu keberanian mereka untuk menyatakan dengan lantang dan keras bahwa mereka bukan kaum muslimin.

Dengan ini tensi permusuhan kaum muslimin dengan mereka (mungkin) sedikit
banyak akan mereda.[6] Terpaksa Sholat Dengan Kaum Muslimin Karena Takut Terbongkar Jati Dirinya Bukan Muslim

Karena vonis kafir yang mereka arahkan kepada kaum Muslimin, maka mereka tidak memperbolehkan sholat di belakang seorang muslim. Mesti dipastikan terlebih dahulu bahwa sang imam adalah juga penganut agama Ahmadiyah, sebelum mereka ikut serta dalam suatu sholat jamaah. Seandainya mereka ikut serta dalam sholat berjamaah dengan kaum muslimin, itu mereka lakukan sekedar untuk menutupi topeng mereka. Lantas mereka akan mengulangi sholat (ala mereka) di rumah.

Sang Nabi Palsu berkata: "Inilah (keterangan di atas) adalah madzhabku yang sudah jelas. yakni, tidak boleh bagi kalian untuk sholat di belakang selain penganut Ahmadiyah. Dalam kondisi apapun, siapapun imamnya, walaupun nanti memperoleh pujian dari orang-orang. Inilah hukum Allah dan kehendak Allah (?). Orang yang ragu dan sangsi tentang ini termasuk dalam hitungan kaum yang mendustakan. Allah ingin membedakan kalian dari orang lain (Malfuzhat al-Ghulam/pernyataan-pernyataan Ghulam yang diterbitkan di Majalah al-Hikam milik Ahmadiyah) tanggal 10 Desember 1904 M).

Dalam kitab Arbain miliknya (hal 34-35), si Nabi palsu berkata: "Sesungguhnya Allah &. telah memberiku berita bahwa Dia secara qath'i mengharamkan untuk sholat di belakang orang yang mendustakanku atau ragu untuk taat kepadaku. Kewajiban kalian adalah mengerjakan sholat di belakang imam-imam kalian... kerjakan apa yang saya perintahkan. Apakah kalian ingin amalan kalian terhapus tanpa kalian sadari?".

Si anak pun tak mau kalah. Dalam masalah yang sama, ia menetapkan: "Tidak boleh sholat di belakang selain penganut Ahmadiyah. Orang-orang terus saja bertanya tentang ini, apakah boleh seorang penganut Ahmadiyah sholat di belakang orang yang bukan Ahmadiyah?. Saya katakan meski terus kalian bertanya tentang ini kepadaku, maka jawabnya Sesungguhnya tidak boleh penganut ajaran Ahmadiyah sholat di belangan orang yang bukan menganut (agama) Ahmadiyah, tidak boleh, tidak boleh".Fakta sejarah lain, dengan aktor Khalifah kedua Ahmadiyah, putra Nabi Palsu, Mahmud Ahmad. Dia sedang mengisahkan perjalanan hajinya ke Mekkah. 7 Katanya: "Saya pergi tahun 1912 M ke Mesir. Dari sana kemudian saya berangkat naik haji. Di Jedah, kakek dari ibu menemuiku. Lantas, kami bersama-sama pergi ke Mekkah. Di hari pertama, saat kami thowaf, waktu sholat datang. Saya berniat keluar (dari Masjidil Haram, red). Namun, jalan keluar sudah terhalangi karenanya kondisi sangat padat dengan jamaah sholat. Selanjutnya, saya akhirnya sholat. Kakekku menyuruh aku untuk sholat. Kami pun sholat. Ketika sampai di rumah, kami kemudian saling berkata: "Ayo, kita kerjakan sholat lagi karena Allah. Sholat tidak bisa dilaksanakan dan tidak diterima bila dikerjakan di belakang imam yang bukan penganut Ahmadiyah... "(?!)8

Fakta sejarah lain, dengan aktor Khalifah kedua Ahmadiyah, putra Nabi Palsu, Mahmud Ahmad. Dia sedang mengisahkan perjalanan hajinya ke Mekkah. 7 Katanya: "Saya pergi tahun 1912 M ke Mesir. Dari sana kemudian saya berangkat naik haji. Di Jedah, kakek dari ibu menemuiku. Lantas, kami bersama-sama pergi ke Mekkah. Di hari pertama, saat kami thowaf, waktu sholat datang. Saya berniat keluar (dari Masjidil Haram, red). Namun, jalan keluar sudah terhalangi karenanya kondisi sangat padat dengan jamaah sholat. Selanjutnya, saya akhirnya sholat. Kakekku menyuruh aku untuk sholat. Kami pun sholat. Ketika sampai di rumah, kami kemudian saling berkata: "Ayo, kita kerjakan sholat lagi karena Allah. Sholat tidak bisa dilaksanakan dan tidak diterima bila dikerjakan di belakang imam yang bukan penganut Ahmadiyah... "(?!)8

muslimin ataupun menyolati kaum muslimin (di luar jamaah Ahmadiyah). Karenanya, ketika pendiri Negara Pakistan meninggal, Muhammad AN Jinah $fe , sang menteri luar negeri pada zaman itu yang bernama Zhafrullah Khan tidak menyolati beliau. Sebabnya sangat jelas. Karena Muhammad Ali Jinah $K menurutpandangannya telah kafir lantaran memegangi petunjuk Muhammad dan membebaskan umat Islam dari cakar-cakar penjajah..."9

Penutup



Perkembangan ajaran Ahmadiyah harus diwaspadai setiap muslim. Sebab, hakikatnya merupakan usaha permurtadan. Hingga tidak boleh dilihat dengan sebelah mata. Tatkala mereka mengalami kegagalan dalam mendakwahkan agama Ahmadiyah di daratan India, mereka membidik benua Eropa dan Afrika. Dan ternyata 'lebih berhasil' dalam memurtadkan kaum muslimin. Pasalnya, dalam kurun waktu 70 tahun sejak pertama kali dideklarasikan dan dengan dukungan penuh dari kaum kolonialis, jumlah penganut Ahmadiyah India hanya berkisar pada angka ribuan. Padahal, Jawaharlal Nehru, saat menjabat PM India juga mendukung gerakan permurtadan ini. Karena kaum muslimin di sana mengetahui hakikat busuk Ahmadiyah. Akan tetapi, di benua Afrika dan Eropa, dalam rentang waktu 15 tahun saja, penganut Ahmadiyah berjumlah jutaan. Kata Syaikh Ihsan, penyebabnya ialah, pada waktu itu jumlah dai Islam di sana tidak banyak10.

Sebagai penutup, kami kutipkan pesan beliau kepada umat Islam: "Usaha untuk melawan Ahmadiyah guna menghentikan ancamannya sudah menjadi kewajiban dalam Islam, politik dan secara individual. Dari kaca mata agama, karena telah mengobrak-abrik ajaran Islam dan menghancurkan rukun-rukunnya. Adapun dari sudut politis, lantaran Ahmadiyah merupakan kepanjangan tangan kekuasaan kolonialis di setiap distrik yang ditempati. Dan, secara individu, telah dilakukan oleh DR. Muhammad Iqbal yang menyanggah pernyataan PM Jawaharlal Nehru yang mendukung ajaran agama Ahmadiyah".

Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah, yang tampak maupun tersembunyi. Wallahul a'lam.


Catatan Kaki

Diangkat dari al-Qadiyaniyah, Dirasat Wa Tahiti karya Syaikh IhsSn llahi Zhahir (1941-1987), Idarah Turjumanis Sunnah Lahore
Pakistan tanpa tahun, hal 37-42 al-Qadiyaniyah, Dirasat Wa Tahl/l hal. 37 Topik tentang Ahmadiyah dan Mirza Ghulam Ahmad pernah diangkat dari sudut yang berbeda dari tulisan di atas pada Majalah
as-Sunnah Edisi Khusus Tahun IX (1426H-2005M) Diterbitkan dalam Hazharatul Islam edisi V tahun 1386 H.
Kami tidak sedang ikut serta dalam memprovokasi umat untuk menggayang Ahmadiyah yang eksis di tanah air. Karena, tindakan nahi mungkar mesti memenuhi kaidah-kaidah syariat yang sudah baku. Tidak ditempuh dengan cara-cara serampangan, destruktif dan kekerasan atas dasar emosi atau perasaan belaka
Pada gilirannya, penganut Ahmadiyah dilarang memasuki kota suci Mekkah. Karena mereka telah kafir. Red).
Nukilan dari al-Qadiyaniyah hal. 39-40
al-Qadiyaniyah hal. 42
al-Qadiyaniyah hal. 21-22



Sumber : Majalah As-Sunnah Edisih Bulan November 2008
Categori Aliran Sesat, Bantahan

0 komentar:

Posting Komentar

Syukron fii ri'aayatillah

Sponsorship

Waktu

Titip Pesan

Risalah Muslimah

Abu Nashir as Salafy

Feeds Sunnah

Kumpulan Situs Sunnah

RSS Web Ilmiah